Kamis, 25 Juli 2013

(51-52) Kisah Chattapani, Seorang Umat Awam

Dhammapada

  • BAB IV. PUPPHA VAGGA – Bunga

    (51)
    Bagaikan sekuntum bunga yang indah
    tetapi tidak berbau harum;
    demikian pula kata-kata mutiara
    tidak berguna bagi orang yang tidak melaksanakannya.

    (52)
    Bagaikan sekuntum bunga yang indah
    serta berbau harum;
    demikian pula kata-kata mutiara
    bermanfaat bagi orang yang melaksanakannya

    Dhammapada Atthakatha : 

    (51-52) Kisah Chattapani, Seorang Umat Awam

    Seorang umat awam bernama Chattapani yang merupakan seorang Anagami tinggal di Savatthi. Pada suatu kesempatan, Chattapani menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana mendengarkan khotbah Dhamma dengan penuh hormat dan penuh perhatian.

    Ketika itu Raja Pasenadi juga sedang mengunjungi Sang Buddha. Chattapani tidak berdiri sebab dia berpikir bahwa berdiri berarti dia memberikan hormat kepada raja bukan kepada Sang Buddha. Raja menganggap hal ini adalah suatu penghinaan dan merasa sangat tersinggung. Sang Buddha mengetahui pemikiran Raja Pasenadi; maka Beliau memuji Chattapani, yang sangat baik dalam Dhamma dan juga telah mencapai tingkat kesucian Anagami.

    Mendengar hal ini, Raja Pasenadi sangat terpesona dan memberikan penghormatan kepada Chattapani.

    Pada pertemuan berikutnya, raja bertemu dengan Chattapani dan berkata, "Anda sangat pandai; dapatkah anda datang ke istana dan memberikan pelajaran Dhamma kepada dua orang istriku?" Chattapani menolak tetapi beliau menyarankan untuk meminta izin kepada Sang Buddha agar menugaskan seorang bhikkhu untuk memberikan pelajaran Dhamma. Raja menghampiri Sang Buddha dan menceritakan maksudnya. Sang Buddha memerintahkan Ananda untuk memberikan pelajaran Dhamma secara teratur kepada Ratu Mallika dan Ratu Vasabhakhattiya di istana.

    Setelah beberapa waktu, Sang Buddha bertanya kepada Ananda tentang kemajuan dari kedua orang ratu tersebut. Ananda menjawab bahwa Ratu Mallika mendengarkan Dhamma dengan sungguh-sungguh sedangkan Vasabhakhattiya tidak sungguh-sungguh belajar Dhamma. Mendengar ini Sang Buddha berkata bahwa Dhamma akan memberikan manfaat bagi seseorang yang mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, penuh hormat, dan penuh perhatian serta rajin mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

    Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

    Yathāpi ruciraṃ pupphaṃ
    vaṇṇavantaṃ agandhakaṃ
    evaṃ subhāsitā vācā
    aphalā hoti akubbato

    Yathā’pi ruciraṃ pupphaṃ
    vaṇṇavantaṃ sagandhakaṃ
    evaṃ subhāsitā vācā
    saphalā hoti sakubbato

    Bagaikan sekuntum bunga yang indah
    tetapi tidak berbau harum;
    demikian pula kata-kata mutiara
    tidak berguna bagi orang yang tidak melaksanakannya.

    Bagaikan sekuntum bunga yang indah
    serta berbau harum;
    demikian pula kata-kata mutiara
    bermanfaat bagi orang yang melaksanakannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar