Sabtu, 27 Juli 2013

(121) Kisah Bhikkhu Yang Ceroboh

Dhammapada

  • BAB IX. PAPA VAGGA – Kejahatan

    (121)Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir: "Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.


    Dhammapada Atthakatha :  

    (121) Kisah Bhikkhu Yang Ceroboh

    Ada seorang bhikkhu, setelah menggunakan barang-barang perabotan, seperti dipan, kursi panjang, dan peralatan milik vihara, meninggalkannya begitu saja barang-barang itu di halaman, tidak mengembalikannya ke tempat semula, sehingga terkena hujan dan matahari, dan menjadi sarang semut-semut putih. Ketika bhikkhu-bhikkhu lain menegurnya karena kebiasaannya yang tidak bertanggung jawab, dia akan menjawab dengan ketus :

    "Saya tidak mempunyai maksud untuk menghancurkan barang-barang tersebut, lagipula barang-barang itu hanya mengalami kerusakan kecil", dan lain-lain. Selanjutnya dia meneruskan kebiasaan yang sama.

    Ketika Sang Buddha akhirnya mengetahui hal tersebut, Beliau memanggil bhikkhu tersebut dan berkata kepadanya :

    "Kamu seharusnya tidak meremehkan perbuatan buruk, walau sekecil apapun, karena itu akan menjadi besar jika kamu melakukannya sebagai kebiasaan."

    Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

    "Māppamaññetha pāpassa “na man taṃ āgamissati”
    udabindunipātena udakumbho pi pūrati,
    bālo pūrati pāpassa thokathokam pi ācinaṃ."

    Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir:
    "Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
    Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes,
    demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar