Kamis, 25 Juli 2013

(61) Kisah Murid Yang Tinggal Bersama Mahakassapa Thera

Dhammapada

  • BAB V. BALA VAGGA – Orang Bodoh

    (61)Apabila dalam pengembaraan, seseorang tak menemukan sahabatyang lebih baik atau sebanding dengan dirinya,ia hendaknya ia melanjutkan pengembaraannya seorang diri dengan teguh.Tiada persahabatan dengan orang bodoh. 

    Dhammapada Atthakatha : 

    (61) Kisah Murid Yang Tinggal Bersama Mahakassapa Thera

    Ketika Mahakassapa Thera bersemayam dekat Rajagaha, beliau tinggal bersama dua orang bhikkhu muda. Salah satu bhikkhu tersebut sangat hormat, patuh, dan taat kepada Mahakassapa Thera. Tetapi bhikkhu yang satu lagi tidak seperti itu. Ketika Mahakassapa Thera mencela kemalasannya dalam melaksanakan tugas, ia sangatlah tersinggung.

    Pada suatu kesempatan, ia pergi ke rumah umat awam siswa Mahakassapa Thera, dan membohongi mereka bahwa Sang Thera sedang sakit. Karena itu, ia mendapatkan makanan pilihan dari mereka untuk diberikan kepada Mahakassapa Thera, tetapi ia makan makanan tersebut di perjalanan. Ketika sang thera menasehati tentang kelakuannya itu, bhikkhu tersebut menjadi sangat marah.
    Keesokan harinya ketika Mahakassapa Thera sedang pergi berpindapatta, bhikkhu muda yang bodoh ini tidak ikut, ia memecahkan tempat air dan kuali, serta membakar vihara.

    Seorang bhikkhu dari Rajagaha menceritakan peristiwa itu kepada Sang Buddha, Sang Buddha mengatakan lebih baik Mahakassapa Thera tinggal sendirian daripada tinggal bersama orang bodoh.

    Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

    “Carañ ce nādhigaccheyya seyyaṃ sadisam attano
    Ekacariyaṃ daḷhaṃ kayirā n’atthi bāle sahāyatā”

    Apabila dalam pengembaraan, seseorang tak menemukan sahabat
    yang lebih baik atau sebanding dengan dirinya,
    ia hendaknya ia melanjutkan pengembaraannya seorang diri dengan teguh.
    Tiada persahabatan dengan orang bodoh.

    Bhikkhu dari Rajagaha tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

    ---------
    Notes :
    Bālā = orang bodoh, tidak bijaksana, dungu.

    Dalam sutta-sutta ataupun artikel Dhamma, yang disebut dengan ‘orang bodoh’ adalah orang yang tidak bijaksana. Sama sekali bukan orang yang bodoh dalam artian sempit yang kurang pandai di sekolah, atau kurang pandai matematika dll.

    Orang bodoh adalah orang yang tidak bijaksana, yang lebih senang mundur daripada maju dalam kebijaksanaan, dan tidak dapat dinasehati.

    Banyak orang yang ketika mendengar ayat ini, lalu bertanya, kalau semua orang hanya mau bergaul dengan orang yang setara / lebih baik, lalu siapa yang akan menolong yang lebih bodoh? Bukankah ini namanya sombong dan pilih-pilih teman?

    Tentu saja kita harus melihat kemampuan diri kita sendiri, jika kita sanggup menasehati dan bersabar, dan yang dinasehati mau berubah, ada keinginan untuk memperbaiki diri, maka adalah hal yang sangat baik untuk menolong orang-orang seperti ini.
    Jika kita jauh lebih kuat dibandingkan kebodohan orang tersebut, mungkin kita bisa mengangkat dia dari kebodohan itu.
    Tetapi jika dengan bergaulnya kita dengan orang bodoh, ternyata kita malah terseret oleh kebodohannya, sebaiknya janganlah bergaul dengan orang bodoh itu.

    Ibarat hendak menolong orang yang tenggelam, jika kemampuan renang kita kurang baik serta  tidak tahu teknik yang tepat untuk menolong, bisa-bisa kita juga ikut tenggelam bersamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar