Beginilah kehidupan, kita harus senantiasa berteguh hati menghadapi kondisi yang berubah-rubah. Apa yang tidak berubah ?, itulah hakikat diri kita, benih KeBuddhaan yang murni tanpa noda, namun kita membuat hakikat yang murni tanpa noda dan tidak berubah ini tertutupi lapis demi lapis noda batin yang timbul karena adanya kontak dengan luar. Meski hakikatnya tak pernah berubah, namun dengan adanya kontak dengan dunia luar pikiran kita mengalami penyimpangan, batin kita memiliki kecenderungan untuk menyimpang, kondisi luar demikian adanya. Namun kenyataan batin kita mudah terpengaruh dengan kondisi luar. Pepatah kuno mengatakan “ bunga tidak membuai, manusialah yang terbuai, arak tidak memabukkan manusialah yang mabuk”. Selama hati kita tidak tergoyahkan kita tidak akan terpengaruh.
Karma buruk ini muncul akibat pelanggaran melalui 3 pintu karma maupun kelalaian. melalui 6 indra, muncul akibat pikiran salah dari dalam batin atau akibat kemelekatan akan kondisi luar.
Pikiran salah muncul dari dalam batin kita sendiri, tabiat terakumulasi sejak lama. Saat bersentuhan dengan kondisi luar batin kita bereaksi, sebagai akibat dari berbagai kondisi yang muncul, pikiran serta pandangan kitapun akan mengarah pada arah yang menyimpang, begitu pikiran menyimpang kita akan mudah terpengaruh oleh objek luar seperti suara, rupa, rasa dan objek lainnya.
6 indra
Mata, telinga, hidung lidah, tubuh dan pikiran
6 objek
Rupa, suara, aroma, rasa, sentuhan, objek-objek pikiran.
Ketika 6 indra mengalami kontak dengan 6 objek akan terangsang dan terpengaruh, kesadaran juga ikut bereaksi. 6 indra terangsang objek, kesadaran berpikir ini menggerakan 7 cabang karma, 3 melalui tubuh, 4 melalui ucapan. Kesadaran menggerakkan terciptalah perbuatan buruk . ini merupakan hasil pikiran yang menyimpang yang muncul dari dalam batin. Karena mengalami berbagai macam kontak, banyak pemikiran timbul dari dalam batin, jika pikiran menyimpang artinya menjadi keliru, maka pandangan kita akan menjadi menyimpang dan keliru.
Karma melalui tubuh
Membunuh, mencuri berbuat asusila
Karma melalui ucapan
Bertutur kata kasar, berdusta, berkata-kata kosong, bergunjing.
Dalam melatih diri kita harus menjaga fisik dan batin artinya senantiasa berintropeksi apa yang baru kita ucapkan itu salah, setelah berbicara dan berbuat kelak kita masih memperbaiki yang salah karena kita mahluk awam. Kita memiliki akumulasi tabiat buruk sejak dulu, yang sering muncul tanpa kita sadari, inilah energi dari tabiat atau kebiasaan. Tabiat ini seringkali bersentuhan dengan dunia luar dan terwujud dalam perbuatan. Jika kita terbiasa bertemperamen tinggi maka ketika kondisi tidak sesuai dengan harapan, kemarahan dan kebencian kita akan bangkit, sikap dan tutur kata kita tidak baik, inilah yang disebut tabiat buruk. Setelah bertekad untuk melatih diri kita harus waspada dan sadar “ mengapa saya berbicara kasar”, “mengapa nada bicara saya tidak menyenangkan”, “mengapa begitu cepat saya menuturkan ucapan yang menyakiti orang lain”. Jika kita dapat mengendalikan diri dan menjaga baik-baik hati kita, kebencian dan kemarahan ini dapat segera kita kendalikan dan tak sampai keluar. Membahas 7 cabang karma bagaikan anak panah yang tidak dapat ditarik kembali setelah dilepaskan. Inti melatih diri adalah ketika tabiat buruk muncul kita segera mengendalikan, jika kita sungguh memulainya dari dalam batin, maka ketika pikiran muncul kita tidak akan berjalan kearah yang menyimpang , apabila menyimpang sedikit saja, maka segala perilaku kita juga ikut menyimpang.
“Jagalah kesadaran selalu, ketika tabiat buruk muncul kendalikan dan perbaiki segera inilah yang disebut melatih diri”.
Ketika virus SAR muncul saat seseorang diketahui mengalami kontak dengan penderita, cara terbaik dikarantina, orang lain dapat mengantarkan makanan baginya, saat seperti inilah adalah waktu yang terbaik untuk melatih diri, namun ada orang yang merasa takut bila orang lain mengetahui bahwa ia telah mengalami kontak penderita. “jika saya beritahu orang lain, apakah saya akan dikarantina?”. Karena itu ia tutupi, jika terus ditutupi ketika ia benar-benar terjangkit, maka sudah terlambat bukan hanya terhadap diri sendiri tetapi juga bisa menularkan kepada orang disekitarnya. Virus adalah analogi bagi kita para praktisi untuk menggambarkan kekotoran batin. Kita sering menyebut ketamakan, kebencian, kebodohan dalam batin sebagai 3 racun atau virus, jika tidak segera dibasmi maka setiap saat mungkin menular pada orang lain, mempengaruhi pelatihan orang lain dan membuat jalannya menyimpang. Kita harus menyayangi diri kita sekaligus mengasihi orang lain. Lahan pelatihan memiliki energi pelatihan , dan energi pelatihan bagaikan karantina bagi kita, dengan adanya energi pelatihan ini, kita dapat terhindar dari ketidak murnian, lihatlah rumah sakit saat ini dilengkapi dengan ruangan steril, bagaimanakah cara mensterilkan ruangan?, dengan menggunakan sinar ultraviolet, setelah sistem ini diimplementasikan maka setiap orang yang lewat akan segera tersterilisasi, kini teknologi seperti ini telah diketemukan, tetapi sesungguhnya sejak jaman dahulu, sang Buddha sudah menemukan dan membabarkan kesucian dicapai dengan mengubah pola pikir, ada sebuah pepatah berbunyi “Noda batin tak berbeda dengan Bodhi begitu pula sebaliknya, jika kita terpengaruh kondisi luar dan kehilangan kemurnian kesadaran kita, maka masalah akan terus timbul, noda batin dan tabiat buruk ini tak hentinya mengaduk batin kita sehingga terus ternoda, hakikat diri yang ternoda sesungguhnya murni dan suci. Saudara sekalian dengan berbagai cara saya menjelaskan ini semua bertujuan menunjukkan bahwa pikiran benar adalah inti pelatihan diri, pikiran menyimpang menciptakan karma buruk, pikiran sumber segala kesalahan, jadi pikiran ini harus sungguh-sungguh kita jaga dengan baik, jika tidak akan menciptakan karma buruk dalam setiap ucapan dan tindakan. Karma buruk muncul sebagai akibat kemelekatan akan kondisi luar, dalam menghadapi kondisi luar semua tergantung pada pola pikir dan sikap yang kita gunakan. Semua yang ada, bunga, rumput dan kayu semuanya terlihat indah, jika kita melihatnya dengan hati yang jernih dan hening. Kita hendaknya dapat menghargai dan bersyukur atas apa yang ada di bumi ini, yang memungkinkan kita memiliki tempat tinggal yang indah. Lihatlah bila melihat segala sesuatu dengan penuh rasa syukur, bukankah kita akan diliputi dengan kebahagian. Berjalan dengan rasa syukur kita melangkah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi, sikap menyayangi bumi sepeti ini karena ada rasa syukur, bayangkan jika sepanjang hari kita berpikir demikian, manakah yang membuat tidak bahagia?. Kita banyak memikirkan cara untuk mengubah kondisi luar, rubahlah dengan mengubah pola pikir kita, jangan biarkan kondisi luar yang mengubah batin kita, jika demikian kita akan menderita, dan kemelekatan akan mudah timbul dalam batin kita dan akan membawa kerisauan. Jika dalam batin kita timbul ketamakan kondisi ini akan merasuk dalam batin dan meninggalkan jejak yang disebut kemelekatan, ketika melihat suatu kondisi kita merasakan keindahan dan bersyukur , setelah berlalupun kita tidak akan melekat. Dalam batin manusia pada dasarnya terdapat potensi dan hakikat murni namun hakikat yang murni ini belum dapat terbangkitkan, ketika dapat terbangkitkan inilah yang di sebut pencerahan.
Mengubah kondisi luar dengan mengubah pola pikir merupakan sikap bijaksana, membiarkan kondisi luar mempengaruhi kondisi hati merupakan noda batin.
Di Amerika tersiar sebuah berita, ada seorang wanita yang merokok hingga terkena kanker paru-paru, dan ia pun tahu penyebabnya adalah rokok, iapun menuntut perusahaan rokok tersebut dan meminta ganti rugi dengan jumlah yang sangat besar. Berita ini sangat menyita perhatian, mereka bertikai lama di pengadilan, wanita ini sudah merokok selama 40 tahun, putrinya memintanya untuk berhenti merokok tetapi ia menjawab saya orang dewasa memiliki kebebasan. Saat masih belia ia sudah mulai merokok dan orang tuanya memintanya untuk berhenti merokok, namun ia tidak menghiraukannya, dokter memperingatkannya agar dapat berhenti merokok tetapi ia tetap tidak dapat berhenti dari kebiasaanya merokok, penyakitnya menjadi akut, dokter memvonis kankernya telah mencapai stadium akhir. Menjawab tuntutan wanita perokok tersebut perusahaan rokok mengatakan dalam kemasan rokok sudah terdapat peringatan dan petunjuk komposisi , anda sendiri yang tidak dapat berhenti merokok, meminta ganti rugi merupakan hal yang tidak masuk akal, persidangan berjalan cukup lama, akhirnya perusahaan rokok tersebut kalah namun tuntuntannya tidak terpenuhi semuanya. Rokok tidak pernah meminta wanita tersebut untuk menghisapnya, pikiran wanita tersebutlah yang melekat sehingga akhirnya menyebakan ia sakit dan meninggal dunia, terkadang kita tidak habis pikir, apa enaknya merokok, mengapa sangat sulit untuk berhenti merokok, ia hanya dihisap sebentar, didalamnya tidak ada apa-apa hanya asap yang terlihat, tekad manusia demikian tipis, inilah kemelekatan yang sudah sangat dalam sehingga sulit untuk lepas. Kehidupan kita lewati dengan penuh noda batin, 3 racun memenuhi keseharian kita sehingga perbuatan kita menjadi penuh kesalahan, sepatah kata yang terucap tanpa sengaja, mungkin dapat membawa potensi masalah. Kata-kata sangat mudah diucapkan, namun dalam berorganisasi ataupun hubungan antar keluarga.kata-kata yang diucapkan dengan ringan dan sambil lalu dapat menimbulkan masalah.
Noda batin terletak pada pikiran kita sendiri, jadi harap kita semua ingat dalam batin kita terdapat sesuatu yang tak pernah berubah dalam kondisi apapun yakni hakikat dan potensi diri kita, ketika berhadapan dengan noda batin kita memiliki potensi untuk mengikisnya asalkan kebijaksanaan kita mulai terbuka dan potensi yang ada dalam diri kita terbangkitkan, bagaikan antibodi yang terdapat dalam tubuh kita, semua permasalahan hidup akan lenyap ketika ia sampai pada tubuh kita karena itu sering dikatakan tertawa membuyarkan segala kerisaua, jadi bergembiralah selalu, hadapilah kehidupan dengan hati yang terbuka .
Jagalah hati selalu setiap ucapan dan tindakan merupakan pintu gerbang terciptanya karma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar